Dengan melihat sejarah kita bisa mengetahui bahwa faktor populasi dan pertumbuhan ekonomi mulai mendapat peran dominan sejak revolusi industri. Faktor pertumbuhan ekonomi dan populasi mendapatkan momentum untuk bertumbuh secara eksponensial sejak munculnya semangat revolusi industri. Memahami mengapa fenomena ini bisa terjadi akan menjadi faktor kunci yang membantu kita mengerti akar masalah.
Pada tahun 1765 James Watt berhasil memperbaiki cara kerja mesin uap ciptaan Samuel Newcomen sehingga membuat mesin tersebut lebih efisien dan dapat diaplikasikan untuk banyak kegunaan. Ini menandai dimulainya penggunaan mesin dan energi fosil dalam bidang industri yang akan mengubah wajah dunia. Penggunaan mesin dan energi fosil membuat produktivitas manusia meningkat sangat pesat sehingga ikut mengubah cara hidup manusia secara radikal. Ini kemudian dikenal dengan sebutan revolusi industri.
Pemilik modal mulai memanfaatkan industri untuk memproduksi barang-barang demi meraih keuntungan. Mereka memproduksi barang jauh melebihi yang sebenarnya dibutuhkan manusia. Barang-barang ini harus diserap oleh pasar supaya industri terus berjalan, maka semangat materialisme dan konsumerisme juga ikut dikembangkan untuk menunjang dunia industri. Dengan cara ini manusia mudah dibujuk untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Etika yang digunakan dalam revolusi industri sangat pragmatis: demi keuntungan (pertambahan kapital), tidak menjadi penting barang apa yang diproduksi selama itu semua bisa diserap oleh pasar, bagaimanapun caranya. Akibatnya pertumbuhan ekonomi, bukan kebutuhan manusia, menjadi jiwa dan kekuatan utama yang menggerakkan revolusi industri.
Revolusi industri juga mendorong sains dan teknologi untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru yang membuat dunia industri semakin memiliki kekuatan dalam menghasilkan banyak barang dan hidup manusia menjadi tampak lebih mudah. Dalam dunia transportasi, mobil membuat manusia bergerak lebih cepat. Kemajuan teknologi telekomunikasi membuat manusia mampu berhubungan dengan siapapun tanpa hambatan jarak. Dalam dunia kesehatan, banyak penyakit berbahaya yang bisa diatasi dan harapan hidup manusia makin meningkat sehingga memberikan dampak yang signifikan pada pertumbuhan populasi. Karena sains dan teknologi mampu memberikan hasil yang nyata maka manusia mulai menempatkan sains dan teknologi lebih tinggi dari agama.
Pada awal perkembangannya, dampak industri terhadap lingkungan tidak begitu dirasakan dan sumber daya alam juga masih sangat berlimpah. Dengan demikian manusia belum melihat dampak buruk dari pertumbuhan industri. Sangat bisa dipahami jika dalam kondisi seperti ini industri dan semangat pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai sebuah anugerah bagi manusia. Akibatnya nilai-nilai yang menunjang pertumbuhan ekonomi seperti materialisme dan konsumerisme, serta pendewaan terhadap sains dan teknologi terus berkembang dan menjadi bagian dari pandangan dunia modern.
Semangat mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa batas membuat industri terus memproduksi barang-barang. Akibatnya manusia terus mengeksplorasi alam secara berlebihan dan merusak ekosistem. Sementara itu harga energi fosil yang murah mendorong industri untuk menciptakan dan memproduksi alat transportasi berbahan bakar energi fosil dan perlengkapan rumah tangga yang menggunakan listrik. Ini semua berkontribusi besar pada peningkatan konsumsi energi dan polusi.
Media yang dibiayai industri (paling tidak dari iklan) juga terus mempromosikan semangat konsumerisme. Demikian juga bank-bank yang membiayai industri ikut berkepentingan untuk terus memberikan kredit konsumsi. Ini semua agar barang-barang hasil industri terserap oleh pasar dan semua pelaku ekonomi dapat bagian keuntungan. Sekarang, ini semua menimbulkan masalah lingkungan yang berdampak luas dan merusak, bahkan ikut berperan penting yang memunculkan banyak krisis lainnya. Tapi manusia dengan semangat materialisme yang dominan sudah terlanjur bergantung pada barang-barang hasil industri dan seolah tidak bisa hidup tanpa itu. Akibatnya alternatif lain dari pertumbuhan ekonomi sepertinya mustahil.
0 komentar:
Posting Komentar