Semenjak kemunculannya, LTG menuai banyak
kritik sekaligus pujian. Tidak diragukan lagi, inilah buku mengenai lingkungan
yang paling kontroversial yang pernah ada. Sebagian kritik menyatakan LTG hanya
menebarkan pesan malapetaka dan kesuraman masa depan manusia dengan berdasarkan
analisis yang terlalu disederhanakan. Sebagian lagi mengatakan bahwa LTG tidak
memperhitungkan kemampuan manusia dalam beradaptasi. Lebih jauh lagi, berbagai penemuan
sumber-sumber energi fosil dan mineral serta teknik-teknik baru eksplotasi
tambang (seperti misalnya penerapan teknologi fracking pada beberapa tambang minyak yang mulai menurun
produktivitasnya), yang dapat meningkatkan tingkat cadangan energi fosil
dijadikan alasan untuk mendiskreditkan LTG.
Tapi terlepas dari segala kritik yang
muncul, berbagai krisis yang terjadi seperti krisis pangan, krisis energi,
krisis lingkungan, dan bahkan krisis ekonomi mau tidak mau menyadarkan banyak
orang bahwa apa yang ditulis dalam LTG mengandung kebenaran. Sejak buku LTG
diterbitkan tidak banyak perubahan berarti dan dunia terus bergerak mengikuti
skenario overshoot. Setelah 40 tahun
penerbitan LTG, Dennis Meadows mengatakan fakta yang lebih kelam:
“Pada
awal 1970-an, adalah sangat mungkin untuk percaya bahwa kita bisa melakukan
perubahan yang dibutuhkan. Tapi sekarang sudah terlambat. Kita memasuki sebuah
perioda dimana terjadi beberapa dekade gangguan iklim yang tidak terkontrol dan
penurunan kondisi yang sangat sulit”
Banyaknya kepentingan-kepentingan ekonomis
sempit yang tidak menginginkan perubahan membuat pesan penting yang diserukan
oleh LTG demi perbaikan masa depan manusia gagal membawa perubahan berarti.
Ada tiga konklusi penting yang ingin
disampaikan oleh LTG:
Pertama, jika trend pertumbuhan yang pada
waktu itu terjadi terus berlanjut maka peradaban manusia akan memasuki kondisi
‘overshoot’, yaitu melampaui batas pertumbuhan yang sanggup diakomodasi oleh
planet bumi yang terbatas. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan drastis
kapasitas industri dan populasi manusia. Atau dengan kata lain: bencana
peradaban. Berbagai krisis yang terjadi sebenarnya merupakan tanda-tanda bahwa
manusia tengah masuk ke dalam kondisi overshoot. Perubahan harus segera diambil
jika manusia tidak ingin kondisi ini berujung pada terjadinya bencana
peradaban.
Kedua, manusia bisa mengubah trend
pertumbuhan faktor-faktor tersebut sehingga terjadi kestabilan ekologis dan
peradaban yang berkelanjutan (sustainable). Upaya pengendalian populasi memang
sudah dilakukan, demikian juga upaya penanganan polusi meski belum mencapai hasil
yang diharapkan. Satu faktor pertumbuhan eksponensial penting yang sampai saat
belum tersentuh upaya perbaikan adalah pertumbuhan ekonomi. Sampai hari ini
semua negara masih terjebak pada paradigma pertumbuhan ekonomi tanpa batas dan
belum ada alternatif model ekonomi yang lain. Ini bertambah buruk dengan sistem
demokrasi yang menuntut para politisi terus terjebak untuk menjanjikan
pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan rakyat agar bisa terpilih.
Jika menginginkan masa depan peradaban yang
berkelanjutan manusia harus berani mengambil keputusan untuk mengubah paradigma
pertumbuhan ekonomi ini. Manusia harus mulai memikirkan sistem ekonomi keadaan
tunak (steady-state economy) sebagai
alternatif sistem ekonomi di masa depan. Herman Daly, seorang ekonom Bank Dunia yang juga tokoh pendukung ekonomi keadaan tunak, berkomentar bahwa pada suatu hari ia akan menerima ide pertumbuhan
ekonomi tanpa batas apabila koleganya bisa memberikan bukti bahwa planet bumi
juga dapat bertumbuh dalam tingkat yang sepadan.
Ketiga, jika manusia memilih kondisi yang
kedua maka semakin cepat perubahan dilakukan akan semakin besar kemungkinan
keberhasilannya. Siapapun tidak ada yang menginginkan kondisi yang pertama. Masa
depan yang berkelanjutan adalah harapan dan keinginan semua orang. Tapi 40
tahun telah berlalu sejak LTG diterbitkan memberi kita pelajaran bahwa
perubahan sulit dilakukan karena banyaknya konflik kepentingan yang membuat diskusi
dan debat berkepanjangan tanpa hasil berarti. Penundaan ini tidak bisa
berlangsung lama karena hanya akan membuat krisis semakin kompleks dan upaya
perbaikan akan semakin sulit. Tidak mungkin menunggu 40 tahun lagi, oleh
karenanya manusia tidak bisa mengandalkan upaya perubahan dari kelompok elit
penguasa dan kaum intelektual yang masih terus berdebat. Perubahan juga bisa
dihasilkan dari gerakan populis atau akar rumput, yaitu suatu gerakan yang
berasal dari kesadaran banyak orang untuk memulai perubahan demi masa depan
yang lebih baik.
Dengan memahami ketiga konklusi yang
disampaikan LTG setidaknya orang perlu melihat buku ini secara proporsional.
LTG tidak hanya bicara tentang masa depan yang penuh bencana dan suram, tapi
juga tentang adanya harapan untuk hadirnya peradaban yang berkelanjutan jika
manusia mau melakukan perubahan.
Meskipun planet bumi memiliki batas-batas
pertumbuhan namun manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan membangun
peradaban yang berkelanjutan di dalam batas-batas tersebut. Kesempatan untuk
membangun peradaban yang berkelanjutan ini yang seharusnya jadi perhatian semua
orang. Sekarang maukah kita melakukan perubahan demi masa depan yang lebih
baik, atau sebaliknya kita memilih untuk tetap menjalani kehidupan yang sudah
biasa kita jalani sekarang meski itu mengarah pada kehancuran?
0 komentar:
Posting Komentar