Sabtu, 01 November 2014

Revolusi Mental11: Pertarungan Dua Kubu

Sejak kemunculannya buku LTG telah menuai kontroversi. Karena semangatnya yang berupaya menggugah kesadaran akan bahaya dari kemajuan peradaban, buku ini dikategorikan sebagai bagian dari gerakan anti-kemapanan yang muncul sejak awal tahun 60-an. Gerakan anti kemapanan yang diantaranya dimulai dari Rachel Carson dengan bukunya ‘Silent Spring’ yang mengkritik penggunaan DDT, lalu gerakan kaum hippie menentang perang Vietnam, hingga buku ‘The Population Bomb’ karya Paul Ehrlich.

Beberapa dekade kemudian LTG diperbaharui dan diterbitkan kembali sampai dua kali. Pesannya tetap sama karena menurut Dennis Meadows apa yang disampaikan dalam LTG semakin relevan dengan kondisi yang terjadi. Tapi kritik-kritik terhadap LTG kembali bermunculan.

Hal yang sama juga dialami oleh kampanya pemanasan global / perubahan iklim. Setelah ex-wakil presiden AS Al Gore sukses dengan film ‘An Inconvenient Truth’ dengan mendapatkan piala Oscar untuk kategori film dokumenter serta hadiah Nobel perdamaian, kampanye pemanasan globalnya mendapat kritikan pedas di mana-mana. Mulai dari materi filmnya yang dianggap tidak ilmiah dan menyesatkan sampai kepada tudingan komersialisasi isu pemanasan global.

Perubahan VS Status Quo

Tidak jelas kapan perdebatan yang berlangsung puluhan tahun tanpa hasil ini akan berakhir. Perdebatan ini pada akhirnya tidak menyangkut fakta obyektif, tapi sudah bersifat politis. Sekalipun IPCC dan banyak ilmuwan sudah menyatakan bahwa perubahan iklim adalah fakta ilmiah, perdebatan tetap berlanjut. Semakin terlihat bahwa sebenarnya yang terjadi bukan perdebatan ilmiah, tapi pertarungan antara dua kelompok. Yang satu adalah kelompok yang menginginkan perubahan demi masa depan yang lebih baik dengan terus mengkampanyekan berbagai masalah dan menuntut perubahan. Mereka sering juga disebut sebagai kaum alarmist. Lainnya adalah kelompok yang percaya bahwa pertumbuhan ekonomi adalah mutlak diperlukan demi berlangsungnya peradaban.

Bagi kelompok kedua, sebut saja kelompok skeptis, perubahan boleh saja dilakukan asalkan tidak menyentuh kepentingan mereka yang masih sangat bergantung pada aktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Semua perubahan yang menuntut pengurangan aktivitas ekonomi dan industri, atau bahkan tuntutan untuk menghentikan pertumbuhan ekonomi dianggap terlalu mahal untuk direalisasikan dan tidak mungkin dipenuhi. Jika perubahan itu terjadi maka dominasi mereka terhadap dunia yang sudah berlangsung selama berabad-abad akan berakhir. Bisa dipahami jika mereka akan mengupayakan dengan segala kekuatan yang mereka punya untuk mencegah ini terjadi. Masalahnya, kelompok ini didukung oleh kekuatan modal yang sangat kuat, ekonom-ekonom dunia, politikus pemegang kendali pemerintahan, dan media-media besar.

Jika ini terus menerus berlangsung maka apa yang ditakutkan oleh Dennis Meadows dan kawan-kawan bahwa perubahan yang seharusnya segera dilakukan terhambat oleh berbagai perdebatan akan menjadi kenyataan. Ini berarti bahwa dunia akan terus bergerak masuk ke dalam kondisi overshoot, atau dengan kata lain peradaban akan mengalami kolaps.

Kekuatan Rakyat

Memang masih spekulatif, jika kondisi yang ada dengan segala krisisnya berlangsung terus tanpa perubahan maka peradaban manusia akan mengalami kolaps atau tidak. Tidak ada seorangpun yang tahu. Tapi alangkah bijaksananya jika kita tidak mengambil resiko itu. Penyesalan mungkin akan sangat terlambat.

Berbagai krisis yang ada sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dan harus segera dilakukan perubahan. Setidaknya secara intuitif. Perubahan ini perlu dilakukan bukan hanya karena kita takut akan masa depan yang suram dan penuh bencana, tapi terutama karena kita tahu ada yang salah dengan kondisi yang ada saat ini dan kita ingin memperbaiki kesalahan itu. Hanya dengan cara ini kita bisa membangun masa depan yang lebih baik. Kita tidak ingin mengambil resiko yang berbahaya untuk masa depan kita, ataupun membiarkan anak-cucu kita menerima resiko tersebut hanya karena kita tidak ingin berubah.



Melihat perdebatan yang telah berlangsung selama berpuluh-tahun tanpa hasil kita pesimis bisa dicapai kata sepakat dalam waktu dekat. Kita tidak punya waktu untuk menunggu puluhan tahun lagi dan perubahan harus dimulai sekarang juga. Semakin cepat perubahan dilakukan, akan semakin baik hasilnya. Oleh karena itu tidak banyak gunanya menunggu elit-elit penguasa mencapai kata sepakat tentang apa yang harus dilakukan. Semua orang yang berkehendak baik bisa membangun jaringan perubahan global, kemudian bersama-sama menyebarkan gagasan dan gerakan perubahan menuju masa depan yang lebih baik ke orang lain sebanyak mungkin sehingga menjadi kekuatan rakyat yang signifikan. Ini akan menjadi kekuatan ketiga, yaitu kaum revolusioner, atau mungkin lebih tepat kaum transformis, yang memilih untuk melakukan perubahan (dimulai dari diri sendiri).
Gerakan rakyat semacam ini tidak perlu menimbulkan gejolak dan perlawanan dari golongan manapun karena gerakan ini pada dasarnya tidak melawan siapapun selain mengubah diri sendiri menjadi lebih baik. Taktik semacam ini dalam bentuk yang berbeda pernah berhasil dilakukan oleh Mahatma Gandhi dengan gerakan non-kooperatif yang mampu memaksa pemerintah kolonial Inggris memberikan kemerdekaan kepada India. Maka gerakan perubahan diri untuk membangun peradaban yang lebih baik sebagaimana yang ingin diwujudkan dalam gerakan Revolusi Mental, jika dilakukan oleh banyak orang di seluruh dunia akan mampu secara efektif memaksa kaum elit penguasa untuk melakukan perubahan.

Bersama-sama kita bisa katakan ‘tidak’ pada materialisme, katakan ‘tidak’ pada konsumerisme, katakan ‘tidak’ pada pertumbuhan ekonomi, dan katakan ‘ya’ pada Tuhan. Ini akan memaksa penguasa dunia melakukan perubahan. Kaum elit penguasa, baik itu penguasa finansial, pemerintah, maupun kaum industrialis mau atau tidak mau akan beradaptasi dengan perubahan ini jika masih ingin memiliki tempat dalam peradaban. Sejarah sudah pernah membuktikan keberhasilan kekuatan rakyat seperti ini.



0 komentar:

Posting Komentar