Sabtu, 01 November 2014

Revolusi Mental 12: Solusi Alternatif

Setidaknya ada satu hal baik yang bisa didapat dari krisis peradaban yang sedang terjadi. Krisis ini semacam peringatan yang bisa menyadarkan manusia bahwa ada sesuatu yang salah dan perlu segera diperbaiki sebelum krisis berubah menjadi bencana. Ini merupakan kesempatan untuk mereformasi peradaban manusia. Tapi hampir semua upaya terbaik yang bisa dilakukan manusia sudah dicoba dan masih belum memberikan hasil. Contohnya, krisis ekonomi dunia yang memakan biaya pemulihan begitu fantastis masih belum juga membuat dunia lepas dari krisis.

Saya tetap percaya kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan dengan cara memfokuskan perbaikan pada akar masalah: manusia. Revolusi industri dengan semangat pertumbuhan ekonomi telah membuat manusia kehilangan kemanusiaannya.  Dan ini menjadi sumber semua krisis yang sekarang bermunculan. Upaya merestorasi kembali nilai-nilai kemanusiaan yang hilang ini harus menjadi fokus dalam upaya mengatasi krisis peradaban. Tentu saja upaya penanganan parsial setiap krisis tetap diperlukan dan tetap penting, tetapi perbaikan manusia harus menjadi fokus utama yang tidak bisa diabaikan. Jangan pernah berharap manusia bisa menyelesaikan krisis peradaban ini kalau akar masalah ini tidak tersentuh.

Ini bisa diumpamakan seperti seseorang yang memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti kondisi rumah yang kotor, pola makan yang salah dan sebagainya. Ketika orang itu jatuh sakit, tentu saja dia harus ke dokter. Tapi biaya perawatan dan obat yang mahal akan terbuang sia-sia jika pola hidup yang tidak sehat tetap dijalankan. Kesembuhannya hanya sementara dan dalam waktu yang tidak lama ia akan jatuh sakit lagi, mungkin dengan kondisi yang lebih parah.



Saya tidak ingin memandang krisis peradaban ini dengan kaca mata pesimis dan dibayangi oleh ketakutan akan masa depan yang suram. Memang krisis yang terjadi adalah suatu kenyataan pahit yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Tapi ada harapan besar bahwa manusia bisa mengatasi krisis peradaban dengan mulai memperbaiki akar masalah, yaitu melakukan transformasi mental untuk menemukan kembali kemanusiaan yang hilang. Dengan kata lain, manusia harus melakukan Revolusi Mental. Bersama dengan upaya-upaya solusi yang lain Revolusi Mental akan menjadi kunci bagi manusia untuk melewati semua krisis yang terjadi, sekaligus menjadi titik awal untuk membangun sebuah peradaban baru yang lebih baik.

Istilah Revolusi Mental terinspirasi dari sebuah event pemilihan presiden di Indonesia pada tahun 2014. Pada waktu itu salah seorang kandidat presiden yang difavoritkan, Joko Widodo atau lebih dikenal dengan nama Jokowi, didesak oleh pers untuk menjelaskan visi dan misinya untuk Indonesia. Meskipun kedekatannya dengan rakyat menjadikannya seorang favorit, tapi dalam soal visi dan misi banyak orang mengira ia akan kalah dari kandidat lainnya yang sudah mempersiapkan diri selama 5 tahun. Jokowi baru mempersiapkan diri menjadi kandidat presiden dalam 3 bulan terakhir setelah diminta oleh banyak orang. Tapi jawaban yang diberikan Jokowi sangat mengejutkan banyak orang, “Revolusi mental!” Jokowi menyadari bahwa persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia sangat besar dan kompleks, maka proses perbaikan yang bisa membuat negaranya maju harus dimulai dari perbaikan manusia. Revolusi mental yang dimaksud Jokowi memang harus didefinisikan kembali seperti apa bentuk kongkritnya, tapi arahnya sudah sangat tepat.

Saya berpikir ini pendekatan yang sangat bagus dan bisa digunakan juga untuk mengatasi krisis peradaban dunia. Gagasan membangun masa depan yang lebih baik dengan memfokuskan pada upaya perbaikan manusia dapat diterapkan juga pada tingkat global.

Meskipun istilah Revolusi Mental terinspirasi oleh event politik, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan afiliasi politik atau ideologi tertentu. Spiritualitas yang ada di baliknya sudah saya tekuni sejak tahun 1996 dan mewarnai kehidupan spiritualitas saya pribadi. Secara intuitif saya merasa bahwa spiritualitas ini juga bisa diterapkan untuk melakukan Revolusi Mental secara global. Kemudian saya mencoba menggali dan mengadaptasi spiritualitas ini segenerik mungkin agar bisa diterapkan dan diikuti oleh siapapun yang ingin berpartisipasi membangun masa depan peradaban dunia yang lebih baik tanpa memandang afiliasi politik, ideologi, ataupun agama.

0 komentar:

Posting Komentar